Loh loh kok saya mau nulis sesuatu seperti ini ya??? Yah...anggap saja sedikit "pelampiasan" atas apa yang pernah saya alami sebelumnya. Dan saat ini, di tengah tumpukan kertas yang ga jelas lagi macamnya saya mencoba untuk sedikit rehat dan mengumpulkan sisa-sisa kesadaran yang sedang berjuang di tengah keloyoan dan "kontroversi hati".
Beberapa bulan yang lalu, ada seorang penghuni kosan baru datang untuk menjadi penduduk tetap selama 4 bulan. Kosan saya yang aman dan tentram ditambah dengan penghuninya yang sangat menjungjung tinggi kebersamaan tentu saja ga bakal nolak. Toh makin banyak yang tinggal makin rame. Ditambah lagi keheterogenan kami akan semakin menambah daya sosialisasi dan keluasan sudut pandang kami *uhuk. Penduduk kosan lama memang sangat majemuk, mulai dari usia, pekerjaan, agama dan pendidikan. Tentu saja semua itu bukan menjadi penghalang kebersamaan kami. Kalau tiba waktunya makan, ya kami duduk bersama. Kalau ada yang kelaparan ya tinggal woro-woro aja pasti ada yang nanggung. Intinya kami ini semua dalah perantau dan sesama perantau pastilah saling menjaga dan memiliki. Ya walaupun tidak semua sih. Tapi saya sangat bersyukur karena dipertemukan dengan orang-orang ini.
Dan marilah kita kembali pada penghuni baru yang notabene masih kawanan sama salah satu penghuni lama kosan kami. Awal berkenalan sih tidak terlalu kentara sifat2 yang di beberapa waktu kemudian membuat kami selalu geleng-geleng kepala. Terlepas dari segala sifat sukuisme, setiap anak dulunya pasti diajarkan untuk bertata krama dengan baik. Jika ketemu orang baru kenal senyumlah sewajarnya, berkelakuanlah sewajarnya dan jangan SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) karena ga setiap orang mau menerima sikap kita yang mungkin dianggap terlalu agresif itu. Pokoknya kalau ketemu orang pertama kali kan standarnya 3S (Senyum, Salam dan Sapa) dan yang harus perlu dicatat adalah don't too exaggagerate. Baik dalam bercerita maupun menanggapi cerita.
TAPI...alkisah selang dalam beberapa minggu kemudian, kami para penghuni lama baru menyadari kalau penghuni baru ini terlalu overreacted dan punya gangguan penyakit semua-tentang-diriku yang ga ada habisnya. Belum lagi falsafah gue bener dan loe salah. Haduuuuuh...terganggu dong harmonisasi kosan kami ini. Nah sampailah pada suatu malam ketika kami membahas tentang proses tes penerimaan CPNS yang lagi panas-panasnya di daerah kami. Meluncurlah kata-kata itu, " Kamu tahu ga, ga ada yang bersih dalam PNS. Semua pakai duit "
Karena saya satu-satunya yang berprofesi PNS tentu saja saya sangat tersungging, karena selama ini, baik saya maupun orang pernah saya kenal dan berprofesi sebagai PNS tidak ada tuh yang pakai2 uang pelicin atau apa. Memang selama ini birokrasi terkenal sangat njlimet, mumet dan ga jauh-jauh dari hepeng. Tapi...sekali lagi itu kan ga semuaaa.
Dalam bahasa Indonesia yang saya pelajar dahulu ada sebuah majas yang menunjukkan sebagian untuk semua, Totem Pro Parte. Dimana yang tadinya cuma sedikit saja yang melakukan dianggap jadi seolah-olah semuanya melakukan. Mungkin ini pula yang kemudian menjadikan setiap orang yang berprofesi PNS langsung dicap ga baik, pemalas, dan selalu meng"uang"kan segala sesuatu. Tapi ingatlah teman, akan selalu ada oknum di setiap profesi yang menjadikan profesi tersebut tercoreng moreng citranya. Karena disadari atau tidak sebetulnya jika orang yang berprofesi PNS ini menyadari betul betapa beratnya amanah yang ia tanggung, ga bakal tuh ada yang namanya korupsi, malas kerja, bolos dan UUD (ujung-ujungnya duit). Karena saat mereka dilantik mereka disumpah dan tidak tanggung-tanggung ketika jabatannya sudah sangat strategis pakai kitab suci masing-masing.
Mau tahu kenapa dulu begitu santernya kata Oemar Bakri melekat di wajah guru PNS, karena dulu PNS guru begitu miskin sampai dahulu kala profesi pegawai negeri yang satu ini kurang peminatnya. Tapi ya sekali lagi mari kita kembalikan lagi pada hati nurani masing-masing yang punya profesi. Jika ia amanah tentu saja ga bakalan ada kaidah untung rugi dalam menjalankan tugasnya. Tak ada kata Lelah, semua tergantikan dengan Lillah.
*Di hari minggu, belakang meja kantorku :')
Tidak ada komentar:
Posting Komentar