Selama ini kita sering mendengar air sebagai sumber daya yang terbarui. Oleh karena itu, semestinya air merupakan sumber daya alam yang sangat mudah dan murah untuk didapatkan. Tapi, tahukah kawan, seberapa sering kita pun mendengar banyak dari saudara kita yang kurang beruntung, berdasarkan kontur lahan maupun akses, sangat kesulitan mendapatkan pasokan air terutama air bersih. Banyak dari teman kita malah berjuang berkilo-kilo hanya untuk membawa dua ember kecil air bersih yang akan digunakan untuk keperluan memasak, mencuci, mandi bahkan minum.
Itu baru yang kesulitan secara akses, karena kontur lahan yang pegunungan dan perbukitan. Sekarang di kota besar, semestinya air menjadi sesuatu yang mudah didapatkan. Dilihat dari akses kepada sarana dan prasarana, wilayah perkotaan ataupun wilayah yang memang sudah mendapatkan infrastruktur yang baik, air semestinya menjadi barang mudah secara fasilitas dan murah secara ekonomi.
Hm, jangan salah, justru di kota inilah air bersih malah menjadi sebuah hal yang sangat mahal. Kenapa? Karena di kota besar air malah menjadi barang yang diperdagangkan. Mulai dari air PAM sampai air kemasan. Apa sebab? Semua itu karena kondisi air yang ada di perkotaan mempunyai kandungan yang justru tidak lebih baik dibandingkan air yang berada di wilayah-wilayah pegunungan dan pedesaan. Adanya polusi tanah, kepentingan industri minuman, dan lain sebagainya, membuat kondisi air tanah dan air bawah tanah menjadi sesuatu yang rentan untuk dikonsumsi. Jangankan untuk diminum untuk dipakai mandi saja kita harus pikir dua kali. Secara kasat mata, lihat saja air sungainya, sungguh hitam dan berbau.Di pedesaan dan wilayah yang belum ramai oleh penduduk dan industri, sungai yang berair cokelat masih dibilang lebih baik karena tidak mempunyai kandungan logam berat yang membahayakan tubuh manusia.
Salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh Athena (1996) menunjukkan 41,5 % sampel air di Jakarta mengandung Merkuri (Hg) berlebih, 25,4 % sampel air di Bogor mengandung Kadmium (Cd) berlebih, dan 41,1 % sampel air di Bogor mengandung Timbal (Pb) berlebih. Kandungan logam berat pada air minum Bogor dan Jakarta lebih tinggi dibandingkan Bekasi dan Tangerang.
Nah, terlihat kan betapa kita harus berhati-hati dalam mengkonsumsi air minum. Sebagai makhluk hidup yang selalu membutuhkan air, maka konsumsi air pun harus diperhatikan terutama untuk air minum yang notabene akan menjadi emulsifier dalam setiap metabolisme yang terjadi dalam sel tubuh kita.
Cara tradisional yang mungkin pernah teman-teman ketahui adalah dengan filter alami. Ingatkah pelajaran sewaku di Sekolah Menengah Pertama (SMP) ? Cukup dengan batu kerikil, sabut dan pasir, setidaknya air sungai yang tadinya berwarna bisa lebih jernih. Namun, tentu saja semua filterisasi tradisional tersebut tidak akan mematikan zat-zat dan bakteri yang tidak diinginkan. Maka dari itu, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memurnikannya (pure it).
Seiring dengan perkembangan teknologi, kini sudah hadir alat yang mampu membantu kita dalam memurnikan air tersebut. Istilah yang sering kita dengar adalah water purifier. Alat ini tidak hanya membuat air lebih jernih sehingga bisa dipakai tapi juga bisa langsung diminum. Bagaimanapun investasi kesehatan memang suatu hal yang tidak bisa dianggap remeh dan murah. Untuk tetap menjaga kelestarian air minum, dibutuhkan peran serta berbagai pihak, mulai dari menjaga hutan, penanganan sampah, konsumsi air yang tidak berlebihan dan yang terpenting adalah kesadaran untuk mengolah air yang didapatkan tadi sehingga bebas dari zat-zat yang tmembahayakan.
Sumber Gambar : http://d-copy.blogspot.com/2012/12/kelestarian-sumber-air-minum.html
Referensi :
Wikipedia.org
http://www.studymode.com/essays/Bahaya-Logam-Berat-Dalam-Air-609541.html