" Nak jalan kemana di Sarolangun?"
"Ancol lah, elok sungai jika sore hari"
Itulah salah satu percakapan yang terkait topik wisata ketika saya mulai mengeksplorasi wilayah Sarolangun, Jambi. Maklum, sebagai orang baru harus banyak nanya, norak2 sedikit tak apalah, daripada nyasar. Betul ga?
Dan tahulah saya bahwa ternyata di Jambi ini banyak sekali tempat wisata eksotis, termasuk cerita-cerita mistisnya, but there's no point to be afraid. Saya kira di semua daerah menyimpan cerita-cerita semacam itu. Saya ga bakalan cerita hal-hal negatif di sini ^^, Indonesia tuh indah banget untuk dilingkupi hal2 semacam itu. Jadi ga bakalan ada yang namanya travelling kalau kita selalu terpaku pada yang namanya legenda lokal, iya toh?
Dan di Tembesi lah mata saya tertumbuk. Oh, sungai inilah yang kelak ketika hujan senantiasa mengguyur, maka beberapa rumah yang ada sepanjang jalan menuju Sarolangun Bangko bisa terendam. Sungguh sungai yang lebar, tak berbatu, cenderung tenang. Sangat khas sungai Sumatera.
Dan tak ada yang namanya hal istimewa kalau tak disebutkan Ancol. Namun, berbeda dengan Ancol yang Jakarta punya. Ancol di sini ya pastinya tidak ada pantai. Pemandangan di depannya bukanlah lautan, namun Tembesi ini. Inilah salah satu icon kebanggaan masyarakat Sarolangun. Selain itu masih ada Mesjid Kubah Emas, Mesjid Agung Al Falah, dll.
Hampir setiap hari muda mudi termasuk para orang tua datang ke Ancol untuk menikmati kebersamaan sambil menikmati jajanan yang ada di sana. Terutama ketika hari-hari menjelang sore. Hm, memang dimana-mana yang namanya kumpul-kumpul itu sangat dibutuhkan. Selain sebagai ajang sosialisasi, juga sebagai sarana refreshing setelah seharian beraktivitas yang biasanya monoton. Selain itu, Tembesi juga biasanya dijadikan sebagai ajang untuk perlombaan dayung. Kata narasumber alias teman ngobrol saya yang penduduk situ, biasanya kalau sudah diadakan lomba dayung riuhnya tak alang kepalang.
Lain waktu saya bakal bahas tentang tempat lainnya...